Tanggal 28 Oktober telah berlalu tetapi rasa-rasanya tanggal itu tidak lagi keramat seperti dulu, ketika pemuda menorehkan sejarahnya diatas Tanah Air bukan lewat tindak kekerasan melainkan lewat permusyawarahan terpelajar yang dikenal sebagai kongres pemuda. Para pemuda melalui kongres Pemuda II yang dihadiri oleh kalangan pemuda Nusantara pada tahun 1928 telah sepakat untuk bersumpah setia menjadikan tanah air kita satu, bangsa kita satu, dan bahasa kita satu yakni Indonesia.
Betapa bersemangatnya kaum pemuda untuk membela tanah airnya, mereka haus akan kemerdekaan. Akan tetapi para pemuda ini sadar bahwa kemerdekaan tak akan pernah bisa mereka genggam bila rakyat khususnya para pemuda bangsa tidak disatukan terlebih dahulu. Alhasil lihatlah bangsa yang terkungkung dalam penjajahan Belanda selama 350 tahun itu bisa melepas tabirnya dengan gemilang hanya dalam waktu kurang dari 20 tahun saja, Indonesia pun merdeka di tahun 1945 dengan usaha para pemuda yang berjiwa nasionalisme tinggi. Maka, tak salah bila Sang Proklamator dalam pidatonya pernah berujar "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia" dalam pidatonya yang lain Soekarno pun menggemakan suaranya dan berkata "Massa adalah penentu sejarah, “the makers of history!". Masa ini tentu saja adalah sekelompok pemuda yang terorganisir.
Lantas setelah kemerdekaan yang berhasil kita genggam dengan pernyataan Sumpah Pemuda yang melekatkan darah persaudaraan bangsa ini dulu, masihka berlaku hingga kini? Nyatanya tidak kawan-kawan ku! Sejarah tinggalah sejarah yang ada hanyalah egoisme tinggi yang melupakan arti perjuangan kemerdekaan pemuda. Coba perhatikan berbagai kerusuhan antar etnis yg belakangan terjadi di Ambon, Poso, Maluku, Madura dan yang paling baru terjadi di Lampung, kelompok siapakah yang selalu terdepan bergerak? tak lain dan tak bukan yaitu kelompok Pemuda. Pemuda ini sigap sekali menenteng senjata api membawa parang dan senjata tajam lainnya, mereka berani untuk mati dan membela apa yang menurut mereka benar. Padahal sebetulnya kebenaran apa yang mereka usung? mereka hanya mengedepankan amarah dengan dendam-dendam yang haus akan darah hingga mengakibatkan nyawa melayang. Bahkan terdengar kabar sampai ada yang dipenggal lehernya dalam bentrokan. Ini yg dinamakan pemuda?
Wabah bentrok berdarah itu pun kini seakan menjadi virus yang dominan menyerang kaula pemuda. Tak kalah dengan daerah masyarakat jauh, di ibu kota saja sering kita dengar dan saksikan pelajar serta mahasiswa yang seharusnya giat menimba ilmu malah tawuran di jalanan. Lalu siapakah yang salah disini, pemerintah kah atau masyarakat kah? Yang jelas ini menjadi PR bagi kita bersama, kita harus mencontoh bagaimana Ambon lambat laun mulai pulih lewat gerakan-gerakan kepemudaannya dengan melibatkan berbagai tokoh. Adalah coffe Badati dimana sekelompok anak muda Kristen dan Islam di kota Ambon, berusaha merajut kembali perdamaian dari secangkir kopi.
Gambaran diatas menjadi pantas bila pemuda sedapat mungkin harus digalakkan untuk kompak mengedepankan persaudaraan dalam persatuan bangsa. Rupa-rupanya Sumpah pemuda harus di episode dua kan dan kembali menjadi jembatan penghubung pemersatu bangsa dalam satu tanah air, satu bahasa. Keutuhan ini tak boleh tercerai berai begitu saja, lihatlah sejarah pemuda kita yang gagah berani penuh rasa persaudaraan bersama-sama berjuang dengan cara yang benar. Kalau dulu pemuda mengangkat bambu runcing membela tanah air kini saatnya pemuda reformasi untuk mengangkat kreasi dan inovasi mengharumkan negeri. Sudah tak zaman lagi kekerasan berdengung di negeri hukum dan demokrasi ini wahai pemuda Indonesia!
4 komentar
betul sekali. aku suka kalimat terakhir. :)
sudah saatnya kita berkarya untuk menggeser budaya tumpah darah yang tak berarah.
Pemuda merupakan "agent of change" dalam sebuah negara. Perubahan Negara ke arah yang lebih baik. Semoga bukan hanya bersumpah, tapi penanaman dalam hati. Pemuda harus mampu bangkit! Merubah sistem yang sudah usang harus menjadi sebuah pembaharuan dengan corak pandang, cara berpikir, asumsi, dan pola yang sesuai, tepat, serta realistis dalam dimensi ruang dan waktu.
betul damae, oia saya suka sekali sama buku otobiografi mu.. lanjutkan berkarya ya.. aq beli deh satu :D
wih teteh bahasanya tinggi sekali tapi betul bgt. yuk ah kita bersinergi untuk membankitkan negeri ^o^
Posting Komentar