Kategori

agama (3) artikel (4) bandung (6) indonesia (4) informasi (7) jurnalisme (2) know (13) Lowongan (3)
Let Me Tell
free counters

Jumat, 19 Juni 2009

Republik Mie Instan

Jika dahulu kita mengenal istilah Banana Republic, maka hari ini apakah kita sedang diperkenalkan dengan sebuah istilah baru, yaitu Republik Mie Instan ?.


***


Sejak dua tahun optimal menulis Sketsa, selalu saya tulis di atas 1..000 kata. Karena banyak topik lucu di ranah kehidupan, maka mendesak waktu menulis Sketsa Pendek.

Tahun lalu topik mie instan pernah saya tuliskan. Industri mengubah pola konsumsi dari lebih sehat, macam memakan pisang, juga mengkonsumsi produk pertanian lainnya. Kini beragam jenis pisang punah. Genetic resources, kekayan bangsa, terabaikan. Tega nian bila mencapres memakai jingle mie instan ?.

Batang pisang itu agak runcing di banding jenis pisang lainya. Apalagi dibandingkan pisang kepok. Tandan buah rata-rata selengan. Butir pisang berkulit buah kuning mengkilap, licin, tidak berbintik di kala matang. Mulus. Aroma uniknya sudah tercium dari jarak 10 meter. Kami di kampung dulu menyebutnya pisang lidi. Ada rasa manis, juga sedikit asam, segar, wangi.

Pengalaman menebang batang pisang lidi semasa kecil dulu, hingga kini tetap lekat di hati. Sehinga jika berkesempatan pulang ke kampung, pisang lidi salah satu yang saya cari. Malangnya, kini si lidi sulit dicari.

Di dalam literatur, sebutir pisang mengandung vitamin A, B1, B2 dan C. Pisang dapat membantu mengurangi asam lambung, menjaga keseimbangan air dalam tubuh, menanggulangi, mengobati beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain seperti; gangguan pada lambung, penyakit jantung dan stroke, stress, menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Bahkan jenis pisang raja, dikenal mengandung antioksidan.

Di benak saya acap melintas sosok bayi disuapi pisang yang digerus dengan sendok. Itu artinya, pisang sehat untuk bayi. Entah karena banyaknya manfaat pisang, almarhum ibu saya mencoba menanam pisang di atas trotoar di bilangan Karet Belakang, Karet Kuningan, Jakarta Selatan. Ia rajin menyiram baik dengan air got maupun malalui selang air bersih yang sengaja disiramkan.

Saya masih ingat pernah suatu ketika sebuah mobil berpelat CD, parkir di seberang rumah ibu. Dari jok belakang keluar seorang bule bertubuh tinggi, berdasi. “This is banana tree ?”, ia bertanya kepada ibu. Sambil berjongkok, sosok bule pejabat kedutaan negara sahabat dari bilangan Eropa itu terkesima. Ia berjongkok, melihat pisang tumbuh di atas aspal di trotoar.

Saya perhatikan, kekagumannya akan pokok pisang kepok yang besar. Apalagi di atas pohon yang lumayan tinggi ada dua tandan besar buah, hijau menjuntai. Kekaguman bule itu menjadi-jadi. Saya perhatikan ibu begitu bangga menceritakan pohon pisang di tengah kota Jakarta itu.

Logikanya bila di atas tanah yang terbatas saja, sepokok pisang dapat tumbuh segar berbuah bagus, beragam hamparan luas tanah Indonesia, seharusnya mengalirkan manca-ragam pisang, yang mampu menyehatkan anak negeri melalui konsumsi salah satu bahan pangan yang amat menyehatkan.

Celakanya, dalam 30 tahun ini, pola konsumsi anak negeri, seakan digeser ke bahan pangan signifikan lain macam mie instan.

Rebusan pisang kepok, yang menjadi sarapan pagi atau penganan petang di kampung dulu, menabal kampungan kini.

Sesuatu yang trendy itu, adalah yang berbau hasil industri, berbau dipromosikan melalui televisi, macam mie instan. Bukan rahasia lagi bila mie instan, kurang cocok dikonsumsi anak-anak, namun sebaliknya fakta di lapangan kini, penggemar dominan mie instan justru kanak-kanak.

Jika produk yang kurang menyehatkan itu, menjadi salah satu brand mempromosikan salah seorang calon presiden, akal sehat saya mengatakan sebagai langkah penabalan mie instan menyingkirkan makanan sehat, semisal pisang, mengusik logika akal sehat.

Dari sudut para pakar komunikasi yang mengambil inisiatif memakai jingle mie instan bagi pencapresan seseorang, bisa menjadi prestasi sakti mendraguna, karena sudah top of mind.. Lagunya diingat segenap anak bangsa.

Apalagi bila kemudian kuat dugaan bahwa di saat hari pencoblosan, iklan produk mie sungguhan dengan jinle senada seirama diputar di teve dan radio gencar, sehingga penggirangan kuping warga kebanyakan berasosiasi ke seseorang; menjadi semcam co branding, dalam istilah kerennya.

Sayangnya, beberapa warga orang biasa yang saya temui di bilanagn tempat almarhumah ibu saya tinggal di mana tanaman pisang ibu kini masih berdiri-diri tumbuh dan berbuah di trotoar jalan, mereka percaya bahwa pisang lebih sehat. Lebih celaka lagi, anak-anak yang suka ngejreng gitar nongkrong di pinggir jalan bilang, “Itu promosi telah menghina kreatifitas anak negeri.”

Jika sudah demikian keadaannya, bukan saja etika binis sebuah produk mendukung kampanye layak dipertanyakan, pengingkaran kreatifitas anak negeri menjadi-jadi, melupakan bahan pangan sehat yang seharusnya disosialisakan pemimpin negeri, justeru sebaliknya terjadi.

Logika sehatkah ?.

Artikel ini dapat dibaca di :

Menabalkan Mie Instan Mengalahkan Pisang

http://public. kompasiana. com/2009/ 06/15/menabalkan -mie-instan- mengalahkan- pisang/

***

kalau lagu kebangsaan indonesia raya boleh dipakai untuk kampanye, saya yakin lagu itu akan dipakai capres untuk kampanye. capres mana pun dia. apakah yang mengklaim paling kiri, paling tengah, atau paling kanan. semua pasti ingin memakai lagu kebangsaan yang paling diingat dan paling menggetarkan jika dinyanyikan.

simpulan ini muncul saja tiba-tiba ketika di kantor presiden menunggu anggota komisi i dpr yang mau ke malaysia terdengar lagu itu. lagu ciptaan pak a riyanto dan pertama dipopulerkan pak johan untung itu digubah dan dinyanyikan kembali mas mike idol itu terdengar dari bebe salah seorang anggota ring setengah istana.

ngomong-ngomong, anda tahu kan anggota ring setengah istana ?

keheningan lantas pecah. saya tersenyum sambil tiba-tiba saja membayangkan rasa soto madura imitasi.

luar biasa memang lagu itu. mendengar intro atau satu dua kata awal syairnya saja, aroma mi instan rasa kegemaran kita tercium di depan hidung kita.

mungkin kasus seperti yang saya alami ini berlebihan.. namun, saya tidak sendiri. banyak generasi indonesia yang dibesarkan setidaknya dua puluh tahun terakhir mengenal betul lagu itu. beberapa murid sekolah dasar bahkan kerap keliru ketika diminta gurunya menyanyikan lagu “dari sabang sampai merauke”.

melekat eratnya lagu itu di benak generasi indonesia menjadi alasan utama bagi fox indonesia untuk menungganginya.

pak choel, mallarangeng ketiga, mengamininya saat tengah menggagas menggubahnya dan meminta hak ciptanya. “tak ada lagu yang begitu melekat erat di benak indonesia selama 20 tahun terus menerus selain lagu itu. lagu itu juga mencerminkan keragaman. semua bahasa utama suku-suku di indonesia memiliki syairnya,” ujar pak choel.

pak choel menjelaskan alasan itu di ketinggian di dalam pesawat yang disewa dan diberinya nama demokrat air force one.

daf-1, begitu pak choel memberi call sign untuk pesawat itu.

saat bercerita tentang kampanye pilpres dengan bantuan mi instan itu, pak choel mengenakan kaca mata hitam kegemaran dan sebatang rokok tersulut bara di tangan.

sementara kandidat lain masih bertarung di internal siapa yang diajukan sebagai capres dan sibuk menakar-nakar teman koalisi, foxindonesia sudah merancang pilpres 2009.

tidak heran jika persiapan begitu matangnya. di istana, tahapan untuk pertarungan di pilpres sudah dirancang jauh sebelum pak beye menyatakan akan nyapres lagi, september 2008.

dengan segala persiapan panjang, dukungan paling besar baik dari sisi dana dan kendaraan, amat keterlaluan jika pak beye dan pak boed gagal menang satu putaran. apalagi, serangan udara di bawah koordinasi mantan kepala staf tni au yang kemudian menjadi panglima tni tengah gencar ditembakkan.

saya yakin anda semua telah kebagian serangan-serangan itu, setidaknya aroma soto madura telah dikirim ke ruang keluarga anda saat mas mike menyanyi lagu yang memang luar bisa.

mi instan rasa apa kegemaran anda ?. kalau saya soto madura.

Artikel ini dapat dibaca di :

Mi Instan Rasa Fox Indonesia

http://wisnunugroho .kompasiana. com/2009/ 06/07/mi- instan-rasa- foxindonesia/

***

Bicara soal asli dan palsu barangkali sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kita orang Indonesia.

Bukan rahasia lagi kalau bangsa kita ini termasuk penggemar setia barang palsu. Dari sekadar barang konsumsi sehari-hari sampai dunia jasa dan hiburan. Tentu kita akan dengan senang hati beroleh barang dengan merek terkenal dan tampilan ciamik dus didapat dengan harga murah pula.

Berbagai cara dilakukan untuk menciptakan dan memasarkan produk-produk palsu ini.

Tengok saja beberapa jenis produk makanan, mulai dari ditambahkan zat kimia tertentu dalam bentuk pewarna dan perasa sampai dengan mengubah komposisi bahan baku.

Didunia panggung dan hiburan nyaris tiada beda, dalam sekejap pemeran yang biasa-biasa saja, secara instan bisa di makeover menjadi luar biasa. Nyaris tidak butuh waktu lama. Tengok saja acara semacam idol-idolan atau dream girls.

Bicara soal pilpres 2009, sadar atau tidak, kita kembali dihadapkan pada fenomena ini.

Dalam setiap fenomena memilih, istilah asli atau palsu dengan setia akan berada di hadapan kita. Mulai dari janji palsu, slogan palsu, tampilan palsu, program palsu dan berbagai jenis makhluk abal-abal lainnya.

Tapi eits, tentu saja tidak ada yang mau mengakui secara telanjang segala jenis kepalsuan ini, karena sekarang telah ditemukan istilah baru yang nyaman di telinga yaitu pencitraan. Apapun itu, bagi pelaku dunia hiburan artinya pastilah sama dengan make over

Nah sekarang mari kita bahas satu persatu, barang-barang (eh maaf, tokoh-tokoh) yang akan kita pilih sebagai presiden nanti. Kita mulai saja

Susilo Bambang Yudhoyono :

Bicara soal tokoh yang satu ini, siapa yang tak kenal. Ibarat product, bapak yang satu ini masuk di segment premium. Content bagus, packaging bagus, promosi dan jalur distribusi pun bagus. Sebagai product yang menyandang kualitas premium tentu saja tidak boleh ada cacat produksi, lecet sedikit saja konsumen akan teriak-teriak mengajukan komplain.

Selama ini brand yang disandang adalah santun, cerdas, hati-hati, beretika dll.

Sedangkan secara kemasan pun sudah oke yaitu dinobatkan sebagai product (eh maaf capres) yang memiliki presidential look.

Promosi pun jor-joran baik lewat udara maupun darat. Tim marketing tersebar di seluruh nusantara.

Lalu apa kurangnya ?.

Yah, kembali ke soal kualitas premium tadi, satu ketika di bulan lalu sang capres muncul dengan wajah angker dan mengecam lawannya. “Jangan galak-galak ya !”, begitu kata sang capres dengan roman wajah yang mengingatkan konsumen pada sang penguasa orde baru.

Sontak saja media-media menayangkan berulang-ulang kemasan terbaru ini.

Hasilnya ?. Orang-orang pada kaget dan tidak percaya, tidak sedikit pula yang mengecam karena product premium mereka ternyata sekarang sudah tidak sesuai spesifikasi awal lagi.

Bagaimana ini ?.

Sebenarnya yang asli yang mana ?. Yang kemarin itu atau yang sekarang ini ?.

Jusuf Kalla :

Nah yang satu ini katanya baru bercita cita menjadi premium.

Selama ini sudah punya diferensiasi yang cukup kuat. Bolehlah kita bilang sebagai product yang merakyat. Selayaknya Indomie dan Rinso, mayoritas orang sudah tahu rasa dan kualitasnya sehingga dirasa tidak perlu lagi merombak tampilan kemasan.

Distribusi pun sudah merata di seluruh negri, walaupun banyak orang beranggapan masih belum pantas masuk golongan premium quality.

Bagaimana dengan tim marketing ?. Seolah sependapat dengan mayoritas konsumen, mereka pun tidak tergiur dengan ide pemolesan kemasan, cukup memasyarakatkan keunggulan citarasa dan kualitas, dan berharap moga-moga tambah banyak yang suka.

Cuma tidak mudah juga untuk menempuh cara ini, karena untuk segmen product seperti ini biasanya saingannya banyak dan semua mengaku yang terbaik atau yang pertama ?.

Bagaimana dong ?. Bicara soal asli atau palsu, Anda bisa nilai sendiri lah, hehehe

Megawati Soekarnoputri :

Terakhir ini adalah contoh product unik.

Anda tentu sering bertemu konsumen fanatik dimana-mana. Tidak peduli zaman berubah dan musim berganti, bicara soal product pilihan tidak akan pernah kelain hati.

Selama ini Megawati biasa tampil dalam dua rasa, yaitu rasa pedas dan rasa gurih.

Rasa pedas dipasarkan di tengah-tengah lapangan, di bawah teriknya matahari dan gegap gempitanya suasana. Warna kemasan biasanya merah menyala. Slogan adalah Merdekan!!!. Biasanya dalam kemasan ini, sang capres akan berpidato dengan lantang dan berapi-api, meniru kebiasaan sang ayahanda.

Rasa gurih baru dipasarkan beberapa bulan terakhir. Pertamakali launching di tayangan Kick Andy MetroTV dan teranyar di hadapan pengurus KADIN. Ibu yang mengaku paling cantik ini tampil layaknya ibu rumah tangga biasa, murah senyum dan tak pelit bercanda. Lugu, orisinil dan sederhana.

Menurut hemat saya kedua rasa ini merupakan product asli ?.

Bagaimana menurut Anda ?.

Nah sekarang berpulang kepada konsumen, pilihan didepan mata. Ada produk premium, produk merakyat dan produk terpercaya. Barangkali nanti tim marketing juga akan meluncurkan berbagai promosi dan bonus, seperti bonus bisa menyanyi yang laku lima tahun yang lalu.

Kita lihat saja

Artikel ini dapat dibaca di :

Genuine President vs Artificial President

http://public. kompasiana. com/2009/ 05/28/genuine- president- vs-artificial- president/

Iklan

Search and download it!

Berita terkini

wibiya widget