Kategori

agama (3) artikel (4) bandung (6) indonesia (4) informasi (7) jurnalisme (2) know (13) Lowongan (3)
Let Me Tell
free counters

Minggu, 22 Agustus 2010

Satu Masjid, Dua Jamaah


By Nurlis Effendi

Berbeda pandangan boleh saja, kerukunan adalah yang utama. Semangat seperti ini tercermin di Masjid Agung Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Masjid yang berdiri bersamaan dengan Keraton Kasunanan Surakarta ini sangat menjunjung tinggi nilai pluralisme. Bisa dilihat dalam pelaksanaan shalat tarawih.

Dibawah atap masjid itu terdapat dua jamaah, masing-masing menjalankan shalat tarawih 11 rakaat dan 23 rakaat. Alhasil di dalam masjid itu ada dua imam untuk dua jamaah ini.

Keunikan ini bisa dilihat di setiap jamaah menunaikan salat tarawih di bulan ramadan. Sebetulnya saat salat isya, jamaah masih bersatu shalat di ruang utama masjid dipimpin oleh seorang imam. Mereka berbaris rapi di dalam shaf. Ada yang menggunakan celana panjang, dan ada pula yang sarungan. Di barisan paling belakang jamaah perempuan.

Usai salat empat rakaat, sebagian jamaah melaksanakan salat sunat ba’diyah isya. Namun, ada juga serombongan jamaah yang bersarung bergegas meninggalkan ruang utama masjid, mereka pindah ke sebelah utara ruang utama.

Setelah jumlah jamaah terlihat cukup, maka pintu penghubung antara ruang utama masjid, peninggalan Pakubuwono IV, ini dengan ruang sebelah pun ditutup rapat. Samar-samar terdengar suara imam yang hendak memulai shalat tarawihnya. Jamaah 23 rakaat lebih dulu melakukan shalat tarawih.

Sejarah Kebudayaan Islam

Oleh: Indra Abdurohim
Pendahuluan
Manusia merupakan satu-satunya makhluk Allah yang diberikan karunia dengan akal, maka dengan memiliki kekhususan tersebut manusiapun diberikan kemampuan dalam menganalisis suatu hal dalam kehidupannya. Maka dari itu pada kaitannya manusia tidak mungkin terlepas dari yang namanya sejarah, karena dengan sejarah tersebut manusia dapat belajar dan menganalisis kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu. Sejarah merupakan cerminan dari kehidupan masa lalu kita dan dapat dijadikan sebagai bahan instropeksi diri. Begitu pula dengan sejarah peradaban Islam yang merupakan alat untuk mempelajari kejadian yang terjadi di masa lalu ataupun sebagai acuan untuk lebih dapat memajukan Islam daripada sebelumnya.
Peradaban Islam merupakan kajian yang sangat luas. Seperti yang dijelaskan dalam makalah ini, bahwa peradaban Islam sangat erat kaitannya dengan kebudayaan tetapi tetap merupakan dua hal yang berbeda. Dalam kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang pengertian dan ruang lingkup sejarah peradaban Islam, akan dijelaskan lebih terperinci dalam makalah ini.

Minggu, 15 Agustus 2010

Westerling: Pembantaian, Kudeta, dan Kegagalan

“Orang Belanda sangat perhitungan, satu peluru harganya 35 sen, Sukarno harganya tidak sampai 5 sen, berarti rugi 30 sen yang tak dapat dipertanggungjawabkan.”
(Raymond Piere Paul Westerling “de Turk”)

Kelahiran

Di kota pinggiran Pera, Istanbul, Turki sekitar 90 tahun yang lalu atau tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1919, seorang bayi lahir dari pasangan dealer barang antik Belanda bernama Paul Westerling dan Sophia Moutzou, bayi itu kemudian mereka namakan Raymond Piere Paul Westerling.

Ketika berusia 5 tahun, kedua orang tuanya meninggalkan Westerling. Anak tak bahagia itu lalu hidup di panti asuhan. Frère Adolphe seorang pengajar, yang kemudian mengajar Raymond Westerling ketika itu di Istanbul pada sekolah Prancis Katolik St Joseph. Pada saat itu dia merupakan seorang yang lembut, baik dan santun. selanjutnya Raymond berkembang tidak seperti apa yang Frère Adolphe mungkin harapkan. Ia menjadi terkenal dengan julukan Westerling si “Turki”, seorang tentara profesional yang nekat, kejam dan juga seorang Muslim yang fanatik.

Sebagai seorang lelaki ketika di panti asuhan Westerling terlihat menonjol pada hal-hal yang berbau dengan perang, sedikit banyak terlihat ketika di usianya yang belia ia mulai membaca buku-buku perang.

Kemudian diusianya yang ke 20 Si Turki itu menemukan kesempatan untuk jadi tentara ketika Perang Dunia pecah. Desember 1940, ia datang ke Konsulat Belanda di Istanbul. Westerling dengan tak banyak basa-basi sebagai seorang sipil keturunan Belanda ia pun menawarkan diri menjadi sukarelawan ke konsulat Belanda di Turki. Ia diterima. Negeri Belanda memang membutuhkan relawan pada saat itu mengingat “Kincir angin” sedang diduduki Jerman.

Tapi untuk menjadi relawan Belanda, sebelumnya ia harus bergabung dengan pasukan Australia. Bersama kesatuannya, Westerling ikut angkat senjata di Mesir dan Palestina. Dua bulan berselang ia dikirim ke Inggris dengan kapal. Di sini kesewenang-wenangannya mulai muncul. Ia menyelinap menuju Kanada, melaporkan diri ke Tangsi Ratu Juliana, di Sratford, Ontario. Di situlah kemudian ia belajar berbahasa Belanda.

Setelah yakin dengan bahasa Belandanya Westerling pun masuk dinas militer pada 26 Agustus 1941 di Kanada. Tak berselang lama pada tanggal 27 Desember 1941 dia tiba di Inggris dan bertugas di Brigade Prinses Irene di Wolferhampton, dekat Birmingham. Ketika disana Westerling terpilih masuk dalam 48 orang Belanda sebagai angkatan pertama yang memperoleh latihan khusus di Commando Basic Training Centre di Achnacarry, di Pantai Skotlandia yang tandus, dingin dan tak berpenghuni. Melalui pelatihan yang sangat keras dan berat, mereka dipersiapkan untuk menjadi komandan pasukan Belanda di Indonesia. Seorang instruktur Inggris sendiri mengatakan pelatihan ini sebagai: “It’s hell on earth” (neraka di dunia). Pelatihan dan pelajaran yang mereka peroleh antara lain “unarmed combat”, “silent killing”, “death slide”, “how to fight and kill without firearms”, ”killing sentry” dsb.

Iklan

Search and download it!

Berita terkini

wibiya widget