Oleh : Indra Abdurohim
(seorang penjaga warnet)
Membicarakan media
tentu merupakan hal yang sudah tak asing baik di mata maupun dalam indra visual
di keseharian kita. Media bagaikan seorang kekasih yang intim memadu informasi
bagi khlayak, begitu setia memberikan berita update setiap hari. Tak hanya itu, ia pun begitu memanjakan kita
dengan berbagai sarana dari mulai program-program hiburan di Televisi hingga video
berbau serampangan di internet.
(seorang penjaga warnet)
![]() |
Seorang anak membuka akun Facebook-nya |
Media
khususnya internet menjadikan semua hal tersebut terasa begitu mudah untuk
diakses, mulanya memang media yang memiliki perkembangan sarana hiburan, berita
dan informasi yang cepat ini memberikan dampak positif bagi khalayak banyak.
Namun kemudian apa yang terjadi? media yang bebas nilai itu cukup membuat gemas
dan cemas orang banyak terutama para orang tua. Mereka khawatir anak mereka
menjadi ketergantungan oleh apa-apa yang disuguhkan media maya.
Media maya
seolah menjadi momok monster mengerikan bagi orang tua, karena cukup sulit untuk
diabaikan oleh bocah-bocah generasi sekarang. Media maya seolah menjadi morphin
dikehidupan interaksi sosial, padahal mereka adalah anak-anak yang baru saja
mengenyam pendidikan sekolah dasar. Ya, mereka hanyalah bocah-bocah yang sedang
tinggi hasrat ingin tahunya saja. Namun hal inilah yang menjadikan bocah-bocah
tersebut berbeda dengan generasi sebelumnya, wajah bersosial mereka jauh berubah
: akrab dengan games online,
facebook, youtube, hingga berbagai hal lainnya yang tak banyak content-nya bersifat kasar dan “xxx”.